WELCOME

KENDARI SOUTH EAST SULAWESI INDONESIA

Laman


Senin, 23 April 2012

Tips Menuju Wakatobi



Sumber : travel.kompas.com

PESONA bawah laut Wakatobi memang salah satu yang terbaik di dunia. Letak Wakatobi yang masuk dalam wilayah Segitiga Karang Dunia membuat tempat ini menjadi surga bagi para penyelam. Bagaimana tidak, Wakatobi memiliki 750 dari 850 spesies koral, jenis karang yang beragam serta makhluk laut yang sudah sulit ditemukan di daerah lain.

Mewujudkan mimpi menikmati semua keindahan Wakatobi kini tidaklah susah. Transportasi ke Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, tersedia setiap hari. Sementara, di Wangi-wangi, ibukota Wakatobi, telah tersedia angkot, taksi dan ojek. Total biaya yang dibutuhkan pun tak terlalu mahal, hanya dengan 7 jutaan untuk liburan selama 3 hari 2 malam. Anda bisa siap-siap backpacking ke sana.

Untuk ke Wakatobi, Anda bisa memilih menggunakan kapal laut atau pesawat. Menggunakan kapal laut memang lebih murah, namun makan waktu lama, dari Makassar ke Wakatobi saja membutuhkan waktu lebih dari 10 jam. Jadi, memakai pesawat adalah pilihan yang lebih tepat meski mungkin membuat perjalanan Anda tak seperti seorang backpacker.

Saat ini, penerbangan ke Wangi-wangi, ibukota Wakatobi, sudah tersedia setiap hari. Maskapai penerbangan Express air, melayani penerbangan dari Makassar ke Wangi-wangi sekali sehari, berangkat dari Makassar kurang lebih pukul 8.00 WITA. Penerbangan ini menggunakan pesawat kecil bermuatan 30-an orang dan akan transit di Bau-bau.

Penerbangan ke Makassar bisa dilakukan dengan maskapai apa pun. Tapi, usahakan agar bisa tiba beberapa jam sebelum pesawat ke Wakatobi berangkat. Bila ingin aman, akan lebih baik memilih penerbangan dengan maskapai yang sama. Biaya dari Jakarta ke Wangi-wangi dengan Express Air sekitar Rp 1,9 jutaan.

Sampai di Wangi-wangi, anda bisa mulai mencari penginapan dengan menggunakan taksi ataupun ojek. Taksi di Wangi-wangi biasanya tak menggunakan argo, jadi lebih baik survei harga taksi lebih dulu dengan bertanya pada beberapa pihak. Kalau ingin keliling Wangi-wangi, taksi juga bisa disewa sepanjang hari dengan biaya sekitar Rp 250.000.

Untuk kemudahan transportasi, akan lebih baik memilih penginapan di Wangi-wangi. Tak perlu khawatir akan melewatkan wilayah lain, sebab terdapat speedboat ataupun kapal bisa mengantar Anda ke wilayah Wakatobi lain, seperti Hoga, Kaledupa, Tomia dan Binongo.

Ada beragam pilihan penginapan. Paling murah adalah menginap di rumah warga, biayanya sekitar Rp 50.000 per malam. Hotel standar memiliki tarif sekitar Rp 150.000 hingga Rp 300.000 per malam. Jika ingin lebih mewah, biasa memilih resort dengan harga Rp 500.000 sampai Rp 1.500.000 per malam.

Selesai dengan urusan akomodasi, Anda bisa mulai menyiapkan acara inti, menikmati keidahan laut. Seperti di tempat lain, ada dua alternatif, snorkeling dan diving. Bila tak memiliki perlengkapan, anda bisa menyewanya, termasuk menyewa pemandu dan kapal yang akan mengantarkan ke site diving.

Untuk mencari pemandu, paling mudah menghubungi kantor WWF Wakatobi. Mereka memiliki jaringan ke beberapa penduduk yang bisa memandu selam. Ada beberapa yang menawarkan paket pemandu, perlengkapan selam, kapal dan tempat penginapan dengan harga Rp 1.000.000 per orang per hari. Syaratnya, minimal rombongan adalah 4 orang.

Dengan paket itu, Anda sudah bisa menyelam di beberapa tempat terbaik Wakatobi, termasuk Hoga, Waha, Tomia dan tempat lain. Di lokasi selam tertentu, Anda bisa menjumpai ikan napoleon yang ukurannya cukup besar, termasuk kelinci laut, ragam bintang laut dan yang pasti keragaman karang.

Selain diving dan snorkeling, anda juga bisa menikmati atraksi lumba-lumba dengan Dolphin Watching atau melihat panorama matahari terbit dan tenggelam di Hoga, salah satu tempat dengan panorama sunset dan sunrise terbaik. Lahan budidaya rumput laut juga bisa dilihat di tempat-tempat tertentu, terutama sekitar Kaledupa dan Wangi-wangi.

Di malam hari, langit gelap juga menawarkan taburan bintang. Bagi yang menyukai astronomi, Wakatobi juga bisa menjadi salah satu alternatif. Di beberapa wilayah, masih bisa dijumpai kampung Bajo yang berada di tengah lautan, meski jumlah kian sedikit saat ini.

Kalau memang benar-benar ingin mengelilingi Wakatobi, setidaknya butuh waktu seminggu agar cukup puas. Pasalnya, perjalanan satu pulau ke pulau lainnya harus dilakukan dengan speedboat dengan jadwal tertentu yang kadang tak bisa diandalkan. Bisa saja menyewa speedboat khusus, tapi tarifnya mahal.

Untuk wisata kuliner, ada beberapa yang perlu dicoba. Anda bisa mencicipi kasuami, makanan pokok terbuat dari singkong yang diparut, diperas airnya dan dikukus, biasanya dimakan bersama ikan. Ada pula kari ayam Wakatobi serta kue karasi. Yang pasti, beragam seafood dengan mudah dijumpai. Ada warga yang bahkan memakan gurita.

Nah, ayo wujudkan mimpi ke Wakatobi. Nikmati keindahan yang semula hanya ada dalam cerita atau pun film. Bagi yang tak suka atau tak bisa menyelam, tak perlu takut. Aktivitas snorkeling cukup menjanjikan keindahan, pastikan saja pemandu tetap ada di dekat Anda, paling tidak membuat Anda tetap merasa tenang.

Benteng Walio Keraton Buton





Sumber : http://www.indonesia.travel

Dari tepi benteng yang sampai saat ini masih berdiri kokoh Anda dapat menikmati pemandangan kota Bau-Bau dan mengamati hilir mudiknya kapal di selat Buton dengan jelas dari ketinggian. Pemandangan dari ketinggian memungkinkan Anda menikmati pemandangan yang menyejukan.

Di dalam kawasan benteng dapat Anda dijumpai berbagai peninggalan sejarah Kesultanan Buton. Seperti bdili atau meriam yang terbuat dari besi tua berukuran 2 sampai 3 depa. Meriam ini bekas persenjataan Kesultanan Buton peninggalan Portugis dan Belanda yang dapat ditemui hampir pada seluruh benteng di Kota Bau-Bau.

Ada juga lawa (pintu gerbang) berfungsi sebagai penghubung keraton dengan perkampungan yang ada di sekeliling benteng keraton. Terdapat 12 lawa pada benteng keraton dimana oleh masyarakat setempat dipersepsikan sebagai jumlah lubang pada tubuh manusia. 12 lawa tersebut memiliki nama sesuai dengan gelar orang yang mengawasinya, penyebutan lawa dirangkai dengan namanya. Kata lawa diimbuhi akhiran 'na' menjadi 'lawana'. Akhiran 'na' dalam bahasa Buton berfungsi sebagai pengganti kata milik "nya". 12 Nama lawa tersebut adalah lawana rakia, lawana lanto, lawana labunta, lawana kampebuni, lawana waborobo, lawana dete, lawana kalau, lawana wajo (bariya), lawana burukene (tanailandu), lawana melai (baau), lawana lantongau dan lawana gundu-gundu.

Satu lagi jangan Anda lewatkan melihat baluara. Baluara dibangun sebelum benteng keraton didirikan pada tahun 1613 pada masa pemerintahan La Elangi atau Dayanu Ikhsanuddin sebgai sultan Buton ke-4. Dibangun bersamaan dengan pembangunan 'godo' (gudang). Dari 16 baluara dua diantaranya memiliki godo yang terletak di atas baluara tersebut. Masing-masing berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan mesiu. Setiap baluara memiliki bentuk yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi lahan dan tempatnya. Nama-nama baluara dinamai sesuai dengan nama kampung tempat baluara tersebut berada sejak masa Kesultanan Buton. 16 Nama Baluara tersebut adalah baluarana gama, baluarana litao, baluarana barangkatopa, baluarana wandailolo, baluarana baluwu, baluarana dete, baluarana kalau, baluarana godona oba, baluarana wajo/bariya, baluarana tanailandu, baluarana melai/baau, baluarana godona batu, baluarana lantongau, baluarana gundu-gundu, baluarana siompu dan baluarana rakia.

Perkampungan Adat Buton
Perkampungan adat asli Buton dengan rumah-rumah tua di kawasan benteng tetap terpelihara hingga saat ini. Budaya asli tersebut dikemas dalam beragam keunikan seni budaya yang sering ditampilkan dalam upacara adat. Masyarakat Buton memiliki ratusan jenis bahasa dengan dialek tersendiri tersebar di 72 wilayah yang persatukan dalam Bahasa Wolio. Kehidupan masyarakatnya dapat Anda turut rasakan penuh kedamaian dan persaudaraan.

Di dalam kawasan benteng keraton terdapat aktivitas masyarakat yang tetap melakukan berbagai macam ritual layaknya yang terjadi pada masa kesultanan berabad abad lalu. Penduduk di sekitarnya tersebut merupakan pewaris keturunan dari keluarga bangsawan Keraton Buton masa lalu.

Berburu Koin
Berebut mata uang (koin) menjadi salah satu daya tarik wisata di Buton. Anda akan menyaksikan demonstrasi penyelaman koin atau terkadang barang apa saja yang dilempar ke air lalu diburu oleh anak-anak setempat umumnya di bawah 10 tahun. Anak-anak tersebut memperebutkan koin di kolam pelabuhan Murhum Baubau dan sering disaksikan masyarakat Buton sendiri.

Jadi siapkan uang recehan Anda secukupnya. Sebab di kolam pelabuhan Murhum Baubau, Anda pasti diminta melemparkan koin oleh kawanan anak-anak yang sedang bermain-main di perairan kolam pelabuhan tersebut. Mereka berpakaian setengah telanjang, bahkan ada yang tak berbusana sama sekali. Anak-anak kecil ini akan menunjukan kemahiran menyelam memburu koin yang terbenam di air. Koin-koin kecil tersebut tidak akan lolos dari pengamatan mereka, lalu setiap kali mendapatkannya maka mereka perlihatkan penuh kegirangan kepada para penumpang sementara kapal melaju meninggalkan Pelabuhan Murhum Baubau.

Permainan memperebutkan koin ini hanya bisa dilihat di perairan Desa Baruta, Kabupaten Buton. Pemandangan ini muncul 1 jam setelah pelayaran dari Baubau menunju Raha, ibu kota Kabupaten Muna, atau sebaliknya menjelang satu jam sebelum kapal yang ditumpangi merapat di dermaga pelabuhan Murhum Baubau atau disaksikan di kolam pelabuhan Baubau. Atraksi anak-anak ini juga dapat disaksikan setiap penyelenggaraan Festival Keraton Buton (Buton Palace Festival) yang digelar secara rutin setiap tanggal 12-13 September.

Batu Popaua dan Masjid Agung Keraton Buton
Batu Wolio adalah batu berwarna gelap dimana di batu inilah masyarakat setempat mengangkat seorang putri cantik bernama Wakaa-Kaa yang kemudian dijadikan ratu. Pelantikannya dilakukan di atas batu popaua. Batu ini berada sekitar 200 meter dari batu Wolio. Permukaan batu popaua hampir rata dengan tanah, namun mempunyai lekukan berukuran hampir sama dengan telapak kaki manusia. Di lekukan itulah putri Wakaa-kaa menginjakkan kaki kanannya sambil mengucapkan sumpah jabatan sebagai ratu di bawah payung yang diputar sebanyak tujuh kali. Karena itu batu tersebut disebut batu popaua (batu tempat diputarkan payung raja). Tradisi pelantikan ratu atau raja di atas batu tersebut berjalan hingga di zaman kesultanan, bentuk pemerintahan kerajaan Buton setelah masuknya Islam.

Batu popaua terletak di bukit kecil tempat berdirinya Masjid Agung Keraton Buton. Masjid ini dibangun tahun 1712 di masa pemerintahan Sultan Buton XIX bernama Lang Kariri dengan gelar Sultan Sakiuddin Darul Alam. Masjid ini berukuran 21 x 22 meter itu memiliki tiang bendera di sisi sebelah timur. Di tiang ini juga digunakan sebagai tempat pelaksanaan hukuman gantung menurut hukum Islam.

Di belakang mimbar masjid terdapat pintu gua yang disebut “pusena tanah”. Dipercaya masyarakat setempat dari dalam gua itu keluar suara azan pada suatu hari Jumat yang kemudian menjadi latar belakang pendirian masjid di tempat tersebut. Masjid ini pernah direhabilitasi tahun 1930-an, pintu gua tadi ditutup dengan semen sehingga ukurannya lebih kecil menjadi sebesar bola kaki. Lubangnya diberi penutup dari papan yang bisa dibuka oleh siapa yang ingin melihat pintu gua itu.

Kamali Badia itu sendiri tidak lebih dari rumah konstruksi kayu khas Buton sebagaimana rumah anjungan Sultra di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Di salah sebuah kamar Kamali Badia, masih di kompleks keraton, terdapat meriam bermoncong naga. Meriam bersimbol naga tersebut masih memiliki peluru dan bisa diledakkan.

Kamali Baubau
Di kota Bau Bau ada istana yang dahulunya cukup megah meski sekarang tidak terawat lagi. Istana tersebut dibangun tahun 1922 dengan bantuan Belanda sehingga para sultan tak mau berdiam di dalamnya. Di awal kemerdekaan sempat menjadi sekolah AMS (Amtenaar Middlebare School), kemudian menjadi kampus Universitas Dayanu Ikhsanuddin (Unidayan).

Ada banyak penginapan dapat Anda temukan di kota Baubau dan menyesuaikannya pada kebutuhan Anda. Berikut ini beberapa referensinya.

Hotel Liliana
Jalan R.A. Kartini No. 18,
Bau-Bau, Buton - Sulawesi Tenggara
Telp : (402) 21197

Hotel Debora
Jl. R.A. Kartini No. 15
Bau-Bau, Buton - Sulawesi Tenggara
Telp : (0402) 21203

Hotel Mira Bau Bau Sulawesi Tenggara
Jalan Mawar 7 Bau Bau, Buton - Sulawesi Tenggara

Di Kota Bau-Bau ada banyak tempat untuk memenuhi selera makan Anda. Terdapat sekitar 50-an jenis warung makan yang bisa disebut berkelas dan letaknya antara satu dengan yang lainnya tidak berjauhan.

Aneka kuliner tradisonal di Pujaserata Betoambari
Kawasan Pujaserata atau Pusat jajanan serba ada dan tradisonal Betoambari terletak di kompleks Alun-alun Betoambari. Awalnya tempat ini merupakan stadion olah raga tetapi kemudian diubah menjadi ruang umum terbuka. Di sini Anda akan mendapatkan pusat jajanan yang higienis dengan harga yang terjangkau. Semua jajanan di sini terbingkai dalam etalase kaca. Mengapa tidak beranikan juga diri Anda untuk meminta resep kuliner atau kudapan di sini selain tentunya oleh-oleh untuk dibawa pulang. Beragam aneka kudapan dari makanan hingga kue-kue tradisonal tersedia. Salah satunya kasuami dan tuli-tuli yang terbuat dari ubi singkong. Ada juga beragam sayuran, ikan-ikanan siap untuk Anda santap. Mirip seperti pusat jajanan di kawasan Senen Jakarta tetapi lebih nyaman dengan panorama terbuka, cocok untuk santap malam bersama keluarga.

Kuliner di Pantai Kamali
Pantai Kamali merupakan kawasan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Di sini Anda bisa menikmati jajanan khas sepanjang pantai. Seperti pantai Losari di Makassar maka di Kamali Anda juga akan dapatkan pantainya yang sangat bersih dan menikmati suasana pecinan.

Makanan modern akan Anda dapatkan di Lakeba Resort. Sebuah restoran dengan panorama teluk Baubau. Andapun dapat memancing di sini. Resort Lakeba terletaknya 7 km dari pusat kota Bau-Bau. Ada juga Restoran Silvana dengan menu khas ayam goreng-nya dan parende yaitu ikan berkuah.

Anda perlu juga mencicipi kabuto yaitu makanan khas masyarakat Buton yang berbahan dasar adalah ubi kayu yang telah dikeringkan dan dibiarkan berjamur. Semakin lama disimpan dalam keadaan kering maka akan makin enak rasa dan aromanya. Cobalah dicampur kelapa parut dan ditambah menu ikan asin goreng sebagai lauknya maka benar-benar memanjakan lidah Anda. Menu khas ini dapat Anda jumpai di desa-desa nelayan pesisir pantai Sulawesi Tenggara.

Cobalah berkunjung ke showroom Dewan Kerajinan Nasional Sultra di depan lorong Transito atau ke toko Souvenir Bravo di depan Hotel Imperial Wua-Wua. Di sini Anda dapat menemukan tenunan khas Buton dan kerajinan perak. Ada sekitar 100 jenis kain tenunan khas Buton yang tercipta dari tangan-tangan terampil masyarakat Buton dapat Anda jadikan oleh-oleh.

Selain itu di tempat tersebut Anda akan melihat keterampilan prosesnya yang cukup rumit, tak heran jika harga tenunan tradisional per-meternya bisa mencapai ratusan ribu. Untuk kerajinan dari perak bentuknya adalah perhiasan seperti cincin, kalung, bros, dan lain-lain. Untuk pesanan khusus mereka bisa menyelesaikannya selama sekitar 4 hari dengan harga Rp 17.000,00/gram.

Ada juga anyaman hagel dalam bentuk tas, topi, dan beragam bentuk lainnya. Selain anyaman dari tali hagel, ada juga kerajinan khas yang disebut anyaman nentu yang berasal dari Pulau Muna. Nentu ini bisa dijadikan topi, tas, tudung saji, tempat buah, dan lain-lain. Beberapa barang alternatif lain adalah madu kolaka, mutiara buton, bagea kendari, mente dari lombe, dan masih banyak lagi.

Mulailah perjalanan Anda dari Kota Kendari yang dicapai dengan pesawat selama 1 jam atau kapal laut sekitar 4 jam. Kemudian lanjutkan perjalanan menuju Kelurahan Melai di Kecamatan Betoambari di Kota Baubau.

Taman Nasional Wakatobi: Surga Bawah Laut Yang Menakjubkan




Sumber : http://www.indonesia.travel

Taman Nasional Kepulauan Wakatobi merupakan keindahan alam perairan yang sangat menakjubkan. Keindahan darat dan bawah lautnya akan memuaskan mata, menyegarkan hati dan pikiran Anda serta menambah pengalaman Anda mengenai kehidupan bawah laut. Beberapa kegiatan yang pasti bisa Anda lakukan di sini mulai dari menyelam, snorkeling dan berenang untuk melihat gugusan terumbu karang yang indah dan berbagai biota laut.

Anda juga bisa mengunjungi perkampungan masyarakat adat yang tinggal di sekitar Taman Nasional ini. Suku yang tinggal di sekitar taman ini dikenal dengan suku Bajau. Menurut catatan penjelajah Cina dan Eropa kuno, mengatakan bahwa manusia perahu adalah manusia yang mampu mengeksplorasi Johor, Singapura, Sulawesi dan Kepulauan Sulu. Dari keseluruhan manusia perahu di Asia Tenggara yang masih memiliki kebudayaan perahu tradisional adalah suku Bajau. Menyelami kehidupan sehari-hari mereka yang menarik dan unik, terutama keahlian menyelam ke dasar laut tanpa peralatan untuk menombak ikan.

Pulau Hoga (Resort Kaledupa), Pulau Binongko (Resort Binongko) dan Resort Tamia merupakan lokasi tempat menarik untuk dikunjungi, terutama untuk menyelam, snorkeling, wisata bahari, berenang, berkemah dan budaya.

Berikut beberapa penginapan yang bisa Anda pilih :

Hotel Wakatobi
Alamat: Jln. Ahmad Yani Kab. Wakatobi, Wangi-Wangi
Tlp: (0404) 21823

Hotel Al Aziziyah
Jln. Poros Liya Kab. Wakatobi, Wangi-Wangi

Hotel Lina
Jln.Wolter Monginsidi Kab. Wakatobi, Wangi-Wangi

Hotel Setiana
Jln.Endapo Kab. Wakatobi, Wangi-Wangi Indonesia

Penginapan Nita Sari
Jl.Kemakmuran No. 34, Kompleks Pasar Pagi Kel. Pongo, Wangi-Wangi
Tlp: 0404-21636

Di Pulau Hoga dengan pantai pasir putih dan panoramanya yang indah menawarkan tempat yang dapat menampung hingga ratusan tamu. Di sini terdapat beberapa hotel dan penginapan bagi Anda untuk menghabiskan waktu di Wanci di Pulau Wangi-Wangi.

Anda bisa mendapatkan makanan dan minuman jika Anda menginap di Wakatobi Dive Resort dan di hotel-hotel tempat Anda menginap. Menu makanan yang ditawarkan umumnya adalah olahan laut seperti udang, ikan dan cumi dalam keadaan yang masih sangat segar. Makanan khas Wakatobi yang layak untuk dicicipi antara lain: Paria (sayur paria yang diisi dengan ikan), Tombole (tepung ubi kayu di campur dengan kelapa parut di bungkus daun pisang lalu di bakar dengan batu yang panas), Kasouami (terbuat dari singkong), Barongko (berbahan dasar pisang yang di kukus dengan daun pisang).

Anda juga bisa menemukan restoran di Wangi-Wangi, berikut ini beberapa restoran yang bisa Anda kunjungi:

Rumah Makan Ceria
Losmen Babo, Kompleks Perkampungan Mola
Tlp : 085696130740

Rumah Makan Sederhana Sentral
Jl. Poros Liya, Kompleks Pasar Sentral
Tlp : 081245639159

Rumah Makan Senang
Jl. Poros Liya, Kompleks Pasar Sentral
Tlp : 081245638442

Restaurant Wisata
Jl. Ahmad Yani
Tlp: (0404) 21175

Rumah Makan Wakatobi
Jl. Ahmad Yani
Tlp: (0404) 21868

Rumah Makan Pelangi
Jl. Ahmad Yani
Tlp: 085241971081

Rumah Makan Sederhana
Jl. Inpres Mandati II
Tlp: 081524813524

Anda bisa menggunakan pesawat dari Jakarta menuju Wakatobi dengan tujuan Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara, kemudian melanjutkan perjalanan dengan kapal langsung ke Wanci di Pulau Wangi-Wangi. Wanci merupakan pintu gerbang pertama memasuki kawasan Taman Nasional Wakatobi. Kapal reguler menuju Pulau Wangi-Wangi berangkat tiap pagi pukul 10 dan akan tiba di tujuan sekitar 10 sampai 12 jam kemudian. Dari Wangi-Wangi, perjalanan ke pulau-pulau lain bisa ditempuh dengan perahu-perahu sewaan atau perahu reguler yang sederhana, tetapi cukup aman.

Waktu terbaik untuk berkunjung ke Taman Nasional Wakatobi adalah dari bulan April sampai dengan bulan Juni dan Oktober sampai dengan bulan Desember setiap tahunnya.

Untuk informasi lengkap mengenai Taman Nasional Wakatobi silakan hubungi:

Wakatobi Tourism Authority

Alamat:
Jl.Kompleks Perkantoran,Wangi-Wangi Selatan,Wakatobi,Sulawesi Tenggara
Tlp: +62-85241586505

Untuk kenyamanan kunjungan Anda di Taman Nasional Wakatobi, Anda bisa menggunakan agen perjalanan:

Patapulo Tour and Travel
Jl. A.P. Pettarani Ruko Bussines Centre
Block B1-2 Makasar
Tlp :62-411-442021, 440409,
Fax :62-411-440372

Email: patapulogroup@hotmail.com

Mengenal Keindahan Pulau Hoga



Sumber : http://www.forumkami.net/pariwisata

Pulau Hoga adalah salah satu pulau di gugusan kepulauan WAKATOBI wilayah Kabupaten Wakatobi, provinsi Sulawesi Tenggara , Indonesia, yang juga merupakan pulau wisata bawah laut terindah di Dunia. Pulau ini terletak di timur Pulau Kaledupa.

MENDENGAR namanya, orang berpikir tiga hal itu ada kaitannya dengan Jepang. Padahal, ini tentang keindahan Indonesia di Sulawesi Tenggara. Tiga nama itu adalah nama obyek wisata yang dinilai potensial laku dijual kepada wisatawan mancanegara yaitu Pulau Hoga dan Onemobaa di Kabupaten Wakatobi dan Pulau Sagori di Kabupaten Bombana.
Masih agan semua ingat film The Beach? Film yang diperani si ganteng Leonardo Di Caprio itu berkisah tentang surga tersembunyi di sebuah pulau terpencil di Filipina. Bayangkan bahwa tempat itu ternyata ada juga di Indonesia. Tepatnya di Pulau Hoga, Kepulauan Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Daratan Pulau Hoga yang kehijauan tampak cantik dikelilingi pasir putih yang berkilauan tetimpa cahaya matahari. Angin laut yang segar langsung mengisi paru-paru. Air laut di depan mata membentang biru dan jernih.

Mendarat di Hoga, tampak bangunan-bangunan kayu yang sederhana namun kokoh. Sejumlah bule berseliweran di ruang makan berkapasitas 60-80 orang yang dipenuhi jadwal dan instruksi berbahasa Inggris. Suasana hiruk-pikuk dengan senda gurau dalam bahasa Inggris. Padahal, itu di kepulauan Wakatobi, di ujung tenggara Pulau Sulawesi yang dari Jakarta bisa ditempuh dua hari.

Memang, orang asing itu bukan sekadar turis. Mereka rata-rata mahasiswa dan profesor peneliti program Operation Wallacea (Opwall), lembaga ekspedisi riset dan konservasi yang berbasis di Inggris.
Keindahan yang tak ternilai dari tempat ini adalah lokasinya yang terpencil, kata John Coop Direktur-Expedisi Logistik Opwall di Pulau Hoga.

Menurut John, mereka datang pada musim liburan universitas di Eropa: Maret dan Juni-September. Tiap musim jumlah mahasiswa dan relawan mencapai 400 orang sementara profesor 8-10 orang.

Kepulauan Wakatobi memang menyimpan banyak keindahan. Dulu dikenal sebagai kepulauan Tukang Besi, terdiri dari kelompok empat pulau utama yang menjadi nama Wakatobi: Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.

Kawasan dengan luas 1.390.000 hektare yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan besar, jajaran atol dan laguna karang tersebut terkenal kepadatan habitat terumbu karang dan ikanya yang beragam. Paus dan lumba-lumba pun kerap dapat ditemui di sekitar Wangi-Wangi.

Pencinta penyu dapat meneliti di Pulau Runduma, sebelah utara Pulau Kaledupa. Di pulau yang sulit ditempuh karena jalur pelayarannya rawan gelombang, penyu-penyu hijau (Chelonia mydas) selalu turun bertelur.

Satu lagi yang menjadi sorotan para peneliti asing adalah sejumlah perkampungan Suku Bajo. Kelompok masyarakat yang kerap disebut gipsi laut ini benar-benar hidup di atas laut dengan membangun permukiman di atas laguna karang. Mereka tersebar di pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, dan Tomia.

Namun, tidak murah biaya peneliti ikut program Opwall. Untuk dua minggu, mereka harus membayar biaya hidup 1.750 dollar AS atau sekitar Rp 17,5 juta. Biaya belum termasuk ongkos pulang, visa, sertifikat, dan alat menyelam.

Maka Opwall yang beroperasi sejak 1995 menyiapkan fasilitas tak tanggung-tanggung. Di Pulau Hoga, Opwall menyewa satu bangunan rumah panggung milik Pemerintah Daerah Wakatobi dan difungsikan sebagai kantor, ruang kelas, area belajar, perpustakaan mini, ruang komputer, laboratorium basah, restoran, bar, dan klinik pertolongan pertama. Opwall juga berkerja sama dengan operator dan lembaga kursus menyelam PADI.

Di perkampungan Suku Bajo di Sampela, Opwall membangun sebuah fasilitas penelitian untuk menginap di perkampungan. Sebuah rumah dengan fungsi yang sama juga disewa di Desa Ambeua, Pulau Kaledupa.

Banyaknya peneliti asing membuat masyarakat di Wakatobi, juga Suku Bajo di Sampela, mengira pengunjung lokal yang berkulit kuning langsat pun sebagai orang asing.

Warga juga sangat terbiasa diwawancara. Bahkan sebagian mengaku bosan, letih. Para peneliti asing itu kadang tidak datang berkelompok tapi sendiri-sendiri. Lalu kami diminta berkumpul. Setiap orang dapat pertanyaan panjang dan banyak. Sering kami jadi tidak melaut, keluh La Diy (42) warga Desa Sembano.

Buntutnya saat mengetahui jadi obyek penelitian, mereka menjadi kritis dan mempertanyakan dampak langsung penelitian bagi masyarakat.

Padahal, umumnya para peneliti asing ini meneliti di Wakatobi untuk satu kurun waktu tertentu demi disertasi akademik mereka. Pada sisi ini masyarakat memang sekadar menjadi obyek penelitian. Namun di sisi lain, keberadaan Opwall telah membuka alternatif penghasilan dan lapangan pekerjaan baru buat masyarakat, khususnya di Hoga dan Kaledupa.

Di Hoga, saat ini terdapat 200 homestay milik masyarakat yang pasokan tamunya sebagian besar dari Opwall. Transaksi penyewaan kapal untuk penyelaman, arus pesanan sayur-mayur, menjadi tambahan penghasilan di musim ramai penelitian. Opwall juga melibatkan 81 persen staf lokal sebagai pekerja operasional. Dampak tak langsung lain adalah lancar berbahasa Inggris.

Kepulauan Wakatobi sejak 31 Juli 1996 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 393/KTps-VI/1996 ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional Laut dengan nama Taman Nasional Kepulauan Wakatobi. Dengan penetapan itu, tahun 1997 Wakatobi dibagi menjadi lima zona: Zona Inti (683.500 ha), Zona Pelindung (160.500 ha), Zona Pemanfaatan (70.000 ha), Zona Pemanfaatan Tradisional (300.500 ha), dan Zona Rehabilitasi (175.000 ha).

Pembagian ini penting mengingat taman laut Wakatobi (1.390.000 ha) merupakan taman laut kedua terbesar di Indonesia, setelah Taman Nasional Laut Teluk Cendrawasih di Papua. Tingkat keragaman terumbu dan spesies ikan di Wakatobi juga termasuk berkepadatan tinggi, sama seperti di Taman Nasional Laut di Bunaken, Teluk Cendrawasih, dan Komodo.

Berdasarkan kajian ekologi The Nature Conservation (TNC) Indonesia Marine Program dan WWF Indonesia Marine Program 2003, di Wakatobi terdapat 396 jenis karang batu penyusun terumbu karang dan 590 jenis ikan. Ini karena ada Laguna Karang Kaledupa, laguna terluas dan terpanjang di Indonesia.

Penginapan di Pulau Hoga Wakatobi






Sumber : http://travel.detik.com

Wakatobi merupakan singkatan dari 4 nama pulau yaitu Wanci Kaledupa Tomea dan Binongko. Namun di depan pulau Kaledupa terdapat sebuah pulau yang bernama Hoga. Di pulau Hoga terdapat penginapan yang dikelola oleh ibu Geertje (Geertrude), dan penginapan lain yang dikelola oleh Wallacea.

Puluhan rumah panggung yang dikelola secara unik oleh Wallacea, dimiliki lebih dari 100 orang. Bila ada tamu yang hendak menyewa salah satu rumah, maka pihak Wallacea akan menghubungi pemilik rumah yang berdomisili di pulau Kaledupa atau sekitarnya. kemudian sang pemilik akan mengantar dan menyerahkan kunci kepada pengelola (Wallacea) yang kemudian diserahkan ke tamu. Oleh sebab itu, bila ingin datang dan menyewa penginapan di pulau Hoga, khususnya di lokasi Wallacea, sebaiknya menghubungi pihak pengelola (Wallacea) paling tidak 1 atau 2 hari sebelumnya. Salah seorang pengelola yang dapat dihubungi adalah pak Jupri (HP : 085395303993), dia juga mengelola dive center di Hoga

Dengan tarif Rp 175.000,-/orang/hari (Nov 2011) maka sebuah rumah panggung berkapasitas 2-4 orang dapat disewa, lengkap dengan jatah makan 3x sehari. Rumah kayu sederhana tanpa AC ataupun kipas angin, beratap rumbia ataupun asbes, siap menampung penyewanya. Meskipun listrik hanya ada pada
jam-jam tertentu saja namun segala keterbatasan tersebut sirna dengan keindahan pemandangan yang ada dihadapan kita.

Pelabuhan Bungkutoko Akan Rampung 2013




KENDARINEWS.COM :

Berbagai upaya terus dilakukan oleh Pemkot Kendari, agar pembangunan pelabuhan Bungkutoko cepat rampung, dan segera dioperasikan. Namun karena perkerjaan pelabuhan itu bersifat kontrak, maka dipridiksikan, perampungan pembangunan Pelabuhan Bungkutoko tahun 2013.


"Kita awalnya berharap pelabuhan Bungkutoko rampung sekitar Juli 2012. Tapi karena sistim kerjanya kontrak, maka tahun 2013 baru rampung dan kapal container bisa bersandar di pelabuhan tersebut. Namun jembatannya akan rampung sekitar Juni 2012," jelas Walikota Kendari Asrun pada KendariNews.Com Selasa (10/4/2012)

Kata orang nomor satu di Kota Kendari ini, kehadiran Pelabuhan Bungkutoko sangat penting di Kota Kendari. Apalagi saat ini Pelabuhan Nusantara Kota Kendari, sudah sangat padat arus bongkar muat barang. Bahkan Aqua sempat langka di Kota Kendari beberapa waktu lalu, gara gara kapal yang memuat minuman kemasan itu, tidak bisa bersandar untuk bongkat muat di Pelabuhan Nusantara, tambah Asrun.

"Pembangunan Pelabuhan Bungkutoko ini memang perioritas dari awal pemerintahan saya. Coba kita bayangkan jika hal ini tidak kita lakukan. Apa jadinya arus bongkar muat dipelabuhan kita saat ini. Dana pembangunan pelabuhan ini Rp ratusan milyar bersumber dari APBN. Tapi akses jembatan, pembebasan lahan dsb juga memakai APBD kita sekitar Rp 50 milyar," pungkas Asrun.

Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Indonesia








Sumber : http://visitindonesiaraya.blogspot.com

Destinasi kali ini akan mengusik jiwa petualang anda. Sebuah kawasan yang masih terbilang masih asli menawarkan perjalanan yang tak terlupakan. Adalah Kepulauan Tukang Besi, sebuah gugusan kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar dengan luas sekitar 821 km2. Empat pulau besar tersebut adalah Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko yang oleh masyarakat setempat biasa diakronimkan sebagai WAKATOBI.
Sebagaimana namanya, Tukang Besi, kepulauan ini memang terkenal dengan pembuatan keris tradisional yang indah dan tetap diproduksi hingga sekarang. Gugusan kepulauan ini memiliki alam yang masih asli, tenang dengan air laut yang segar, gua-gua bawah laut yang saling berdekatan satu sama lain yang disuguhkan khusus untuk pecinta alam sejati. Bisa dikatakan bahwa wilayah ini merupakan kawasan wisata taman laut pertama di Indonesia.

Meski menyelam bisa dilakukan setiap saat, tetapi bulan April dan Desember adalah bulan yang paling baik untuk melakukan penyelaman karena cuacanya sangat bagus. Di samping menyelam dan snorkling di pantai juga disediakan khusus motor selam, tour snorkling dan penjelajahan di kepulauan. Sebuah kawasan kecil yang berlokasi di samping pulau Tomia seluas 8 km2, bernama Pulau Tolandona (Pulau Onernobaa) memiliki keunikan karena pulau ini dikelilingi taman laut yang indah.

Setelah menempuh perjalanan 5-6 jam dengan kapal cepat dari Kendari, Bau-Bau menjadi tempat transit berikutnya ke Wakatobi. Perjalanan tidak dapat langsung karena jadwal penyeberangan Bau-Bau-Wanci, pintu gerbang Wakatobi terbatas. Lagi pula penyeberangan dengan kapal kayu sekitar satu hari akan sangat melelahkan. Jalur yang biasa dipakai dari Bau-Bau adalah perjalanan darat ke Lasalimu, kecamatan di sebelah tenggara Bau-Bau, sekitar 3 jam. Selanjutnya menyeberang ke Wakatobi. Itu pun jadwal penyeberangan sekali sehari, pukul 06.00.

Ada dua macam suku di Kepulauan Tukang Besi, yaitu Tukang Besi utara dan selatan. Total penduduk kedua suku tersebut kini mencapai kisaran 250.000 orang, tersebar di empat pulau besar Wakatobi. Mata pencarian suku Tukang Besi adalah bertani. Makanan pokok mereka adalah ubi-ubian, yang biasa dibakar dan dimakan bersama ikan. Suku Tukang Besi selatan juga termasuk rumpun suku Buton. Ketergantungan hidup mereka terletak pada hasil laut yang menjadi santapan sehari-hari.

Jika anda ingin berkunjung ke Wakatobi, pada bulan Juli-September ombak bisa setinggi gunung. Namun, bagi anda yang berjiwa petualang, ombak besar tidak menjadi halangan untuk mengunjungi gugusan kepulauan di antara Laut Banda dan Laut Flores ini. Tapi bila anda ingin lebih ‚aman’, bulan Oktober sampai awal Desember merupakan pilihan terbaik menikmati keindahan di Wakatobi. Begitulah beberapa pesan penduduk Wakatobi yang ditemui di Kota Bau-Bau.

Sebenarnya Wakatobi tidak hanya mengandalkan transportasi laut dari Bau-Bau atau Lasalimu. Sejak tahun 2001, transportasi udara bisa menjangkau wilayah kepulauan di timur Pulau Buton ini. Namun, ongkos perjalanan sangat mahal, selain itu transportasi udara hanya melayani jalur Denpasar-Wakatobi dengan jadwal tiap 11 hari.

Kepulauan Tukang Besi mempunyai 25 gugusan terumbu karang yang masih asli dengan spesies beraneka ragam bentuk. Terumbu karang menjadi habitat berbagai jenis ikan dan makhluk hidup laut lainnya seperti moluska, cacing laut, tumbuhan laut. Ikan hiu, lumba-lumba dan paus juga menjadi penghuni kawasan ini. Kesemuanya menciptakan taman laut yang indah dan masih alami.

Taman laut yang dinilai terbaik di dunia ini sering dijadikan ajang diving dan snorkling bagi para penyelam dan wisatawan. Sejak tahun 1996, kawasan Wakatobi ditetapkan sebagai taman nasional.
Kawasan wisata juga terdapat di Pulau Wangi-Wangi, Hoga, pulau di sebelah Kaledupa dan Binongko. Selain snorkling dan diving, aktivitas pariwisata lain yang bisa dinikmati adalah pemandangan pantai, menyusuri gua, fotografi, berjemur, dan camping.

Empat pulau besar di Wakatobi memiliki karakteristik khusus, yakni setiap pulau merupakan satu wilayah kecamatan, kecuali Pulau Wangi-Wangi yang terdiri dari dua kecamatan. Wangi-Wangi, pulau pertama yang dijumpai saat memasuki Kabupaten Wakatobi, menjadi pintu gerbang dan paling dekat dengan Pulau Buton. Di sini terdapat pelabuhan besar yang melayani kapal barang dan penumpang di Desa Wanci. Jika Pulau Wangi-Wangi menjadi pintu gerbang transportasi laut, maka Pulau Tomia menjadi pintu gerbang transportasi udara.

Keindahan daratan

Baiklah, sebelum lebih jauh membicarakan Wakatobi, hal terpenting yang harus diutarakan adalah bagaimana mencapai kabupaten itu.

Cara terbaik dan termurah saat ini adalah datang dulu ke ibu kota Sulawesi Tenggara, Kendari. Dari sana, kapal reguler menuju Pulau Wangiwangi berangkat tiap pagi pukul 10 dan akan tiba di tujuan sekitar 10 sampai 12 jam kemudian. Dari Wangiwangi, perjalanan ke pulau-pulau lain bisa ditempuh dengan perahu-perahu sewaan atau perahu reguler yang sederhana, tetapi cukup aman.

Saat ini sebuah bandara sedang disiapkan di Wangiwangi. Kalau bandara ini selesai, diperkirakan pertengahan 2008, untuk mencapai Wangiwangi bisa dilakukan dengan penerbangan dari Bali, Makassar, atau Manado.


Hanya penyelamankah pesona Wakatobi?


Bukan sama sekali. Bisa dikatakan Wakatobi indah di atas dan di bawah sekaligus. Alam di sana masih bersih dan itu bisa dilihat dari beningnya sungai-sungai di sana. Perahu seakan melayang karena air di bawahnya seakan tidak terlihat.

Kesadaran akan kebersihan ini sangat disadari masyarakat setempat. Sampah plastik umumnya dikumpulkan di suatu tempat untuk dijual kepada penadah. Selain membuat pemasukan bagi penduduk, kesadaran ini relatif menjaga kelestarian alam di sana.

Pesona darat Pulau Wangiwangi adalah pada mata air-mata air di celah-celah bukit kapur, juga beberapa benteng dan masjid tua sisa Kerajaan Buton. Adapun Pulau Kalidupa dan Tomia kaya pemandangan pantai serta tarian tradisional.

Pulau terujung, yaitu Binongko, yang dulu dikenal sebagai Pulau Tukang Besi, memang dipenuhi para pandai besi. Mereka mengerjakan pembuatan aneka alat rumah tangga yang dijual sampai Makassar. Saat mereka menempa besi panas adalah atraksi menarik. Sayangnya, sebagian pandai besi sudah memakai pipa pralon menggantikan bambu sebagai alat peniup api.

Di Pulau Binongko pula penenun tradisional masih memberi pesona fotografis. Tenun yang mereka buat selama sepekan sampai sebulan bisa langsung dibeli dengan harga antara Rp 100.000 (USD $. 10) sampai Rp 1 juta (USD $. 100) tergantung mutu.

Pastikan Wakatobi menjadi destinasi kunjungan anda selanjutnya. Berikan liburan yang sedikit berbeda kepada keluarga anda.

Senin, 09 April 2012

Danau Napabale, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara




Sumber : travel.detik.com

Ada danau unik di Sulawesi Tenggara, Danau Napabale namanya. Danau ini cukup unik karena memiliki air yang asin. Yuk, datang langsung ke sana.
Danau Napabale merupakan danau air asin yang berada di kaki bukit Desa Lohia, Muna, Sulawesi Tenggara. Danau ini bersebelahan dengan laut yang dihubungkan dengan terowongan alam sepanjang 30 meter dengan lebar 9 meter.
Terowongan alam yang ada di Danau Napabale, merupakan pemasok air danau yang berasal dari laut. Oleh karena itu, air Danau Napabale pun terasa asin. Selain sebagai pemasok air, terowongan juga asyik dijadikan tempat wisata, dan sering dilewati para pelancong yang datang.
Jika Anda datang pada saat air surut, terowongan tersebut bisa ditelusuri dengan menggunakan perahu pincara. Tapi jangan sekali-kali mencoba saat air laut sedang pasang, karena terowongan tersebut akan tertutup air.

Mengunjungi Danau Napabale, berarti Anda akan menikmati dua pesona wisata alam sekaligus, yaitu danau dan pantai. Dari danau, Anda bisa menikmati indahnya pemandangan berupa hamparan pepohonan yang menyejukkan.

Kegiatan paling asyik untuk menikmati Danau Napabale adalah dengan berlayar atau pun menyelam. Wisatawan yang datang bisa berlayar menggunakan sampan atau perahu yang disewakan oleh nelayan di sekitar danau. Cukup dengan membayar Rp 50.000, Anda sudah bisa menikmati keindahan alam Danau Napabale dari atas sampan.
Untuk Anda yang hobi menyelam, jangan lewatkan juga kesempatan untuk menyaksikan pemandangan bawah air Danau Napabale yang menakjubkan. Puas menikmati suasana danau, Anda bisa menyeberang melewati terowongan menuju tepi pantai.

Eits, tapi jangan puas dulu dengan keliling danau dan bermain di pantai, masih ada kegiatan seru lain yang bisa Anda lakukan, yaitu telusur gua. Tak jauh dari Danau Napabale, ada objek wisata berupa situs purbakala, Gua Layang-layang namanya. Jika masuk ke dalam gua, wisatawan bisa melihat lukisan-lukisan hasil karya manusia zaman prasejarah

Penasaran ingin berkunjung langsung? Caranya mudah, Anda bisa berangkat dari Pelabuhan Raha atau Bandara Walter Mongonsidi. Dari Pelabuhan Raha, wisatawan bisa menggunakan perahu kecil menuju Teluk Muna. Waktu tempuh pun sangat singkat, hanya 15 menit.

Jika memulai perjalanan dari Bandara Walter Mongonsidi yang berada di Kota Kendari, Anda bisa melanjutkan perjalanan menuju Bandara Sugimanuru di Muna. Tunggu apalagi? Segera masukan Danau Napabale sebagai alternatif liburan panjang Anda nanti.

Katakan Cinta di Air Terjun Moramo, Sulawesi Tenggara



dikutip dari : KENDARINEWS.COM

Air terjun Moramo di Sulawesi Tenggara, dapat menjadi saksi pernyataan cinta Anda kepada calon pasangan. Di sini terdapat air terjun yang unik dan nuansa alam indah. Konon, tempat ini pun dipercaya sebagai pemandian bidadari. Siapkan strategi pernyataan cinta Anda kepada calon pasangan, dengan cara mengajaknya berkunjung ke air terjun Moramo. Air terjun Moramo berada di Kawasan Suaka Alam Suaka Margasatwa Tanjung Peropa. Berjarak sekitar 60 km dari kota Kendari, Sulawesi Tenggara dan dapat ditempuh dengan menggunakan mobil. Selama perjalanan menuju air terjun Moramo, Anda akan disuguhkan pemandangan hutan yang hijau dan luas, beragam hewan dan tentunya udara yang sejuk.

Air terjun Moramo berbeda dengan air terjun pada umumnya. Air terjun Moramo merupakan air terjun bertingkat dengan ketinggian 100 meter. Air terjun ini memiliki 7 undakan yang besar, serta puluhan undakan yang kecil. Selain itu, di sekitar air terjun juga terdapat banyak batu marmer besar dan menambah keelokan pemandangan.

Suasana di sekitar air terjun sangat tenang dan alami. Gemercik suara air tejun dan dinginnya air dapat Anda rasakan. Selain itu, Anda juga bisa menjelajahi setiap tingkatan di air terjun ini. Tidak perlu takut, sebab daerah bebatuan di sekitar air terjun tidak licin. Tempatnya yang teduh dipercantik dengan banyaknya kupu-kupu akan menambah keindahan pesona air terjun Moramo.
Jika beruntung, Anda dapat melihat pelangi sebagai biasan cahaya di sekitar air terjun. Tak heran, masyarakat setempat mempercayai tempat ini sebagai pemandian para bidadari karena keindahannya.

Air terjun Moramo adalah salah satu tempat yang cocok untuk menyatakan cinta Anda kepada calon pasangan. Petualangan bersama menuju air terjun ini, hingga keindahan air terjun yang membuat Anda berdua terpesona, akan membuat pernyataan cinta Anda terasa lebih manis dan berkesan.

Resor di Wakatobi Dianugerahi Resor Ekowisata Terbaik di Dunia


dikuti dari : KENDARINEWS.COM

MEMPERINGATI hari bumi pada 31 Maret 2012, situs wisata CNNgo membuat daftar hotel dan penginapan ekowisata terbaik di seluruh dunia. Hebatnya lagi, Wakatobi Dive Resort yang ada di Wakatobi, Indonesia, turut masuk dalam daftar tersebut.

Resor yang ada di Sulawesi Tenggara itu disebut sebagai resor dengan salah satu lokasi diving terbaik di seluruh dunia, yang juga terus memfokuskan diri terhadap isu-isu konservasi laut dan juga pengembangan masyarakat. "Wakatobi Dive Resort membantu lingkungan di sekitarnya, mencegah terumbu karang sekitarnya rusak," tutur Justin Francis, pendiri responsibletravel, situs wisata yang turut menilai bagaimana resor ini bisa masuk dalam daftar hotel ekowisata terbaik di dunia.

"Resor ini mempekerjakan 150 orang masyarakat setempat dan menciptakan program Collaborative Community Based Reef Management, yaitu membuat suaka terumbu karang," tutur Justin lagi.

Desa-desa sekitarnya juga menerima insentif keuangan untuk meningkatkan infrastruktur mereka. Kontribusi lainnya dari resor ini adalah untuk pendidikan dan memperkuat dukungan lokal untuk melindungi kehidupan laut yang berharga di wilayah tersebut. Saat ini, program konservasi melindungi lebih dari 22 mil dari terumbu karang di wilayah tersebut.

Setiap tamu yang menginap di resor ini dapat mengeksplorasi surga Wakatobi di bawah laut yang hanya terletak beberapa menit dari resor sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapainya. Selain itu di resor ini sudah disewakan penyewaan kapal, serta juga alat-alat selam. Ada pula fasilitas spa untuk memanjakan diri setelah lelah menyelam di laut.

Sarana Rekreasi Waterboom di Kendari Dibuka


dikutip dari : http://www.traveltextonline.com

SAAT ini ada sarana rekreasi permandian baru untuk umum waterboom di Kelurahan Bonggoeya, Kecamatan Wuawua Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) resmi dibuka untuk umum. Investasi yang telah ditanamkan dalam usaha itu mencapai Rp11 miliar lebih.

Menurut General Manager Waterboom Palm Mas Kota Kendari, Panggih Rahardjo, di Kendari seperti yang dikutip dariantaranews.com mengatakan kami membangun waterboom ini selama dua tahun, sejak 2009 dan untuk menarik minat masyarakat, kami melengkapinya dengan berbagai sarana meliputi kolam arus, papan luncur, gold car, ballroom serta kantin tradisional.

“Luas kawasan waterboom itu sekitar 2,5 hektare dari rencana keseluruhan sekitar 4 hektare. Untuk saat ini luasnya baru 2,5 hektare, namun secara keseluruhan sekitar 4 hektare. Kami masih akan memperluas lagi dengan membangun kolam untuk orang dewasa dengan ukuran 25 X 50 meter," ujarnya.

Menyinggung tarif masuk untuk pengunjung, mantan Pengelola permandian Wonua Manapa di Konawe Selatan mengatakan, setiap pengunjung dikenakan Rp50.000.

"Biaya masuk Rp50.000, namun untuk anak sekolah SD hingga SLTA akan mendapat diskon pengurangan bila yang datang itu dalam bentuk jumlah besar (kelompok)," ujar Panggih.

PETA WAKATOBI



PETA KOTA KENDARI