WELCOME

KENDARI SOUTH EAST SULAWESI INDONESIA

Laman


Senin, 14 November 2011

DAFTAR KULINER KENDARI



DAFTAR KULINER KENDARI

Selama saya tinggal di kendari,. Ini nih daftar rumah makan yang sering saya kunjungi,. Semuanya Recommend,. Ngak bakal nyesel deh - Mungkin Bisa Jadi Guide buat anda selama berkunjung di kota kendari,.



COTO MAKASAR
Coto Makassar – jl Sam Ratulangi (bundaran mandongga)

IKAN BAKAR
Aroma Labakang – jl Insinyur haji Alala (teluk kendari)

PISANG EPEK
Kendari Beach
Kafe Teluk Kendari

SARABA – Minuman Hangat Khas Kendari
Kafe Teluk Kendari

SOP SAUDARA & KONRO
Sop Saudara - jl Sam Ratulangi ( Depan Rumah Sakit Palang Merah)

SUP UBI & GADO GADO
Sup Ubi - ( MTQ, Samping SD Kuncup)

AYAM & IKAN BAKAR / GORENG
Rumah Makan Wong Jowo - Jl Syech Yusuf (Dekat Hotel Athaya)

RUMAH MAKAN BAKSO
RM Bakso Senayan - Jl MT Haryono ( Samping Toko Pasti Murah)
RM Bakso Indonesia – jl M Tiahahu ( Dekat Baruga Mart)

SARI LAUT ( SEA FOOD)
Sari Laut mas djoko - JL SYECH YUSUF

MIE AYAM
Depan SDN Wua –Wua Jl MT Haryono – (Buka Tiap Malam)

PUSAT OLEH OLEH KHAS KENDARI
JL bay pass (teluk kendari)

ES PISANG IJO & ES TELLER
Kendari Beach

ES DEGAN
JL BAY PASS kendari

KFC
JL MT Haryono
Rabam Mall

TEXAS CHICKEN
Super market Wua-Wua Jaya
Blylian Plaza

Sabtu, 22 Oktober 2011

Official Video Wonderful Indonesia

Gallery Photo ( MTQ &Masjid Al Kautsar Kendari)







sinonggi, makanan khas kota kendari


Sinonggi adalah salah satu makanan khas daerah kota kendari Sulawesi tenggara, kalau dari papan nama Rumah Makannya sih ditulis Makanan Khas Tolaki (salah satu suku di SulTra). Berbahan baku Sagu yang disiram air mendidih, trus cara makannya dicampur dengan kuah sayur, sayurannya ada bayam, kangkung, terong kecil, dan biar tambah nyummny disiram lagi dengan kuah ikan yang dimasak.

Bedanya Sinonggi dengan Kapurung adalah kalau kapurung, si sagu dibuletin dan dimasukin langsung dalam kuah bersamaan dengan sayur-sayurnya. Nah kalau Sinonggi, si sagu ditempatkan khusus, dan ketika disantap, baru deh dibuletin dan dimasukkan dalam piring makan kita (sebelumnya disiram kuah dulu biar si piring gak lengket ama sagunya).

Sinonggi ini segaaaar banget, soalnya saat dipesan baru deh diracik sagu dan sayurannya.. Jadi harap maklum kalau untuk bisa menyantap sinonggi dibutuhkan waktu tunggu sekitar 15-20 menit untuk disantap..

sumber : http://ifoelpoenya.wordpress.com

Matahari Tenggelam di Tomea




Matahari merah bulat menggantung di perairan Waha. Kapal-kapal kayu yang masih berlayar pun mulai tampak seperti bayang-bayang hitam. Sebentuk wajah Pulau Tomea di saat senja mengantarkan malam.

Pemandangan rupawan seperti itu membuat puluhan orang yang masih berada di dermaga Pelabuhan Waha—kebanyakan pelancong dari Jakarta—malas untuk beranjak pulang. Mereka ingin menyaksikan detik demi detik perjalanan pulang sang mentari menuju ujung cakrawala.

Ini memang senja yang sempurna. Matahari tampil telanjang bulat tanpa helai-helai awan yang menutupinya. Ketika mentari benar-benar menghilang, orang-orang menikmati jejak-jejaknya berupa semburat merah di langit yang menghitam.

Suasana romantis itu berlangsung sekitar 30 menit. Setelah itu, siang berganti malam. Dan, seperti mentari, bulan di malam itu tampil sempurna: bulat dan merah. Malam itu adalah malam ke-15 dalam sistem penanggalan berdasarkan bulan. Masa ketika purnama jatuh dan membagikan sinarnya.

Di Tomea yang hampir tiap malam gelap gulita lantaran listrik sering mati, sinar purnama adalah sebuah hiburan. Setidaknya, orang tidak perlu menggunakan senter ketika melewati jalan-jalan gelap.

Begitulah sepenggal suasana di Tomea, gugusan pulau kecil yang membentuk Kabupaten Wakatobi—kependekatan dari Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomea, dan Binongko—yang masuk wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kabupaten yang ditetapkan sebagai taman nasional itu tersohor sebagai surga lokasi penyelaman di samping Bunaken, Sulawesi Utara; dan Raja Ampat, Papua. Di perairan taman nasional itu, menurut situs dephut.go.id, terdapat 25 gugusan terumbu karang, 112 jenis karang dari 13 famili, dan 93 jenis ikan.

Namun, keindahan Wakatobi tidak hanya ada di dalam air, melainkan juga di daratan. Salah satunya ada di Bukit Tomea di Desa Kahyanga, Pulau Tomea. Puncak bukit itu adalah padang savana hijau nan luas. ”Di musim kering, savana ini berwarna coklat kemerahan,” ujar Saharuddin, penduduk Tomea.

Di puncak Bukit Tomea, kita juga bisa menemukan fosil kima raksasa dan gugusan batu karang yang bertebaran di mana-mana. Kemungkinan, puncak bukit ini dulunya adalah dasar laut.

Kami duduk di atas fosil batu karang memandang Laut Flores yang berwarna biru gelap. Dari situ, kami menikmati pemandangan matahari tenggelam nan romantis sambil menikmati kasuami dan ikan parende goreng, makanan khas di Wakatobi.

Kasuami adalah singkong yang diparut kemudian dikukus. Ini adalah makanan pokok masyarakat Wakatobi selain nasi.

Ketika hari mulai gelap, kami kembali ke penginapan dan melewati malam di Tomea yang tenang. Debur ombak dan suara angin terdengar lamat-lamat seperti orkestra alam.

Lumba-lumba

Bagaimana menjangkau Tomea? Dari Jakarta naik pesawat menuju Makassar dan melanjutkan penerbangan ke Pulau Wangi-Wangi, ibu kota Kabupaten Wakatobi. Di Wangi-Wangi, kita harus menginap satu hari di hotel atau penginapan untuk menunggu kapal cepat ke Tomea esok harinya.

Kapal tersebut berangkat pukul 10.00 dari pelabuhan di Wanci yang berada di tengah permukiman suku Bajau. Tiket dibanderol Rp 100.000.

Perjalanan berlangsung dua-tiga jam mengarungi Laut Banda. Jika beruntung, Anda akan menemukan sekawanan lumba-lumba sedang bermain-main di laut. Di musim-musim tertentu, bahkan, Anda bisa melihat paus.

Kapal tersebut tiba di Pelabuhan Usuku pada tengah hari. Kadang, kapal merapat di Pelabuhan Waha. Di pelabuhan, rombongan pengojek dan sopir taksi (angkot) menyambut kedatangan kami. Selain itu, ada beberapa perempuan yang menawarkan kain tenun khas Tomea yang berwarna terang.

Dari pelabuhan, kami langsung menuju Pantai Teetimu di Desa Kulati. Pantai berpasir putih bersih itu tersembunyi di antara lembah-lembah bukit karang. Suasananya agak sepi. Hanya ada anak-anak yang berenang di pantai berombak tenang itu dan beberapa nelayan yang sedang mencari ikan karang dan kima.

Mereka bilang, laut itu kulkas raksasa. Jika mereka lapar, mereka tinggal pergi ke laut untuk menyomot beberapa hewan yang ada di pantai dan menyantapnya saat itu juga.

”Begini cara memakannya,” kata seorang bocah sambil mengeluarkan daging kima dari cangkangnya. Kemudian memerasnya dan melahapnya mentah-mentah. Kami mencobanya. Ternyata enak juga....

Di sekitar Desa Kulati, ada beberapa pantai lainnya yang tidak kalah cantik. Nyiur melambai, pasir putih bersih, karang coklat muda, laut biru toska, dan angin yang terasa segar menyergap kita ketika tiba di sana.

Gallery Photo Bandara Haluoleo Kendari





Wisata Teluk Kendari





Teluk Kendari di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) sangat unik. Karena posisi Teluk Kendari membentang di tengah-tengah kota. Oleh karena itu, Pemkot Kendari terus berusaha mengembangkan Teluk Kendari agar menjadi obyek wisata andalan di daerah itu.

Kepala Bagian Humas Kota Kendari Trikora Irianto, di Kendari, Minggu (18/9/2011) mengatakan beberapa cara dilakukan untuk menjadikan Teluk Kendari sebagai tempat yang menarik minat para wisatawan. Salah satunya, lanjutnya, adalah bekerja sama dengan pihak swasta untuk mengelolanya.

"Teluk Kendari mulai dilirik sebagian pengusaha untuk dikembangkan sebagai potensi wisata pantai yang cukup menjanjikan," ujarnya.

Menurutnya, ada pengusaha bekerjasama pemerintah yang mencoba mengelola bagian dari teluk tersebut. Teluk Kendari akan dibangun fasilitas hiburan bahari yang merupakan bagian dari hiburan wisata pantai.

"Wisata pantai Teluk Kendari rencananya mulai dioperasikan pada akhir pekan ini, saat ini sedang tahap perampungan berbagai fasilitas pendukungnya," katanya.

Ia mengatakan wisata pantai yang dikembangkan di Teluk Kendari saat ini adalah jenis hiburan yang memacu adrenalin melalui berbagai jenis fasilitas permainan menarik. Sebut saja mulai dari jet ski, banana boat, dayung karet, sampai permainan bebek.

"Fasilitas wisata pantai yang dikelola di lokasi itu dipastikan akan memberikan hiburan tersendiri bagi warga Kota Kendari yang selama ini belum menikmati permainan di sekitar Teluk Kendari," katanya. Ia mengungkapkan bahwa salah satu hal yang menjadi kendala pengelola obyek wisata teluk tersebut adalah batas area lintasan wisata pantai. Sebab, lanjutnya, di sekitar tempat hiburan masih terdapat beberapa kapal nelayan yang sudah tidak difungsikan.

"Kondisi ini dikhawatirkan pengelola akan mengganggu operasional hiburan pantai di lokasi tersebut," katanya.

Ia menjelaskan lokasi yang berpusat di sekitar Kencari Beach itu akan menjadi salah satu hiburan bagi warga Kota Kendari, khususnya bagi mereka yang menyenangi olahraga wisata bahari. (sumber :kompas.com)

Jumat, 13 Mei 2011

kerajinan perak





Pusat kerajinan perak yang membuat beraneka jenis perhiasan di Kota Kendari ini oleh masyarakat setempat dikenal juga dengan sebutan “Kendari Werek”. Rata-rata aneka jenis perhiasan yang dibuat ialah aneka perhiasan yang biasa dipakai perempuan untuk menghadiri acara-acara adat masyarakat Sulawesi Tenggara.
Kerajinan tersebut sudah berkembang semenjak Indonesia masih di bawah jajahan pemerintah kolonial. Para pengrajin perak generasi pertama yang mengembangkan usahanya di Kota Kendari, yang dipimpin oleh Jie A Woi, berasal dari Provinsi Kwang Tong, Cina. Jie A Woi mengembangkan usaha ini karena terinspirasi oleh seekor laba-laba yang sedang membuat sarangnya. Ia kemudian melakukan cara yang sama dalam menciptakan aneka jenis perhiasan perak.
Dalam perkembangannya, terutama setelah Indonesia merdeka, kerajinan perak yang ada di kota tersebut tidak menunjukkan perkembangan yang berarti, bahkan berindikasi pada kelesuan usaha. Saat ini, kerajinan perak tersebut lebih banyak berkembang di lingkungan Dewan Kerajinan Kendari saja, yang tetap setia menjaga kelestarian kerajinan perak. Hal itu dilakukan untuk menjaga aset daerah Sulawesi Tenggara tersebut tetap lestari dan tidak hilang ditelan zaman.

Hasil kerajinan perak Kota Kendari ini terkenal dengan keindahan, keanggunan, dan kehalusannya. Salah satu buktinya ialah pada masa sebelum Indonesia merdeka. Ketika itu, pesanan suvenir datang silih berganti ke pusat kerajinan tersebut, baik dari dalam maupun luar negeri. Pesanan terbaik yang pernah dikerjakan oleh pengrajin perak Kota Kendari di bawah komando Jie A Woi tersebut berupa kereta kencana yang dipesan oleh Ratu Inggris dan sebuah talam kue yang dipesan oleh Ratu Belanda. Atas karya Jie A Woi tersebut, Ratu Elizabeth (Inggris) dan Ratu Wilhelmina (Belanda) mengapresiasinya dengan mengirimkan piagam penghargaan pada pertengahan abad XIX.
Kerajinan perak Kota Kendari memiliki aneka motif perhiasan. Mulai dari aneka motif bunga berukuran kecil, seperti bunga anggrek, mawar, dan lain-lain yang dirangkai mengikuti alur dari sarang laba-laba, sampai aneka hasil kerajinan berukuran besar, seperti kapal layar, kereta kencana, pembuka surat, dan beraneka bentuk benda lainnya.

Oleh karena pusat kerajinan perak ini berada di pusat Kota Kendari, maka para wisatawan dapat dengan mudah menemukan lokasinya dengan menggunakan angkutan umum, mobil sewaan, atau mobil pribadi. Waktu tempuhnya hanya sekitar 15 menit jika memulai perjalanan dari Bandara Wolter Mongisidi Kendari.

Tawaran harga dari hasil kerajinan perak Kendari pun bervariasi, tergantung tingkat kerumitan dan kombinasi hiasan, seperti cincin kecil Rp 10.500/buah, cincin stelan Rp 175.000/set, bross Rp 50.500/set, tusuk konde Rp 20.000/set dan masih banyak yang lain (Juni 2008).

Bagi para wisatawan yang datang dari luar kota dan ingin menginap, tidak perlu khawatir karena di Kota Kendari banyak tersedia hotel yang nyaman untuk ditempati. Pilihan hotelnya pun beraneka, mulai dari kelas berbintang sampai kelas melati. Begitu juga dengan masalah makanan dan minuman, di sepanjang jalan di Kota Kendari banyak terdapat rumah makan dan restoran yang menyajikan berbagai menu, sehingga para wisatawan bisa memilih tempat untuk bersantap sesuai selera. From wisatamelayu.com

Kerajinan gembol





Kerajinan gembol oleh masyarakat Kendari juga dikenal sebagai kerajinan “tumor kayu”. Hal ini karena bahan dasar untuk kerajinan tersebut diambil dari akar kayu yang menyerupai benjolan tumor (penyakit) pada manusia. Bahan-bahan tersebut biasanya didapat dari beraneka pohon besar yang tumbuh di daerah Sulawesi Tenggara.
Kerajinan gembol yang berkembang di Kota Kendari, pertama kali diperkenalkan oleh tentara Jepang ketika menguasai Provinsi Sulawesi Tenggara. Mereka melihat provinsi tersebut memiliki cadangan kayu yang banyak dengan jenis kayu yang bervariasi, seperti kayu jati, meranti, tolinti, cendana, dan beropa. Hal tersebut menjadi inspirasi bagi tentara Jepang untuk mengolahnya menjadi aneka bentuk kerajinan. Sampai saat ini, masyarakat Kota Kendari masih memproduksi kerajinan warisan Jepang tersebut, bahkan produksinya berkembang cukup pesat.
Oleh karena keunikan kerajinan tersebut, apresiasi terhadap kerajinan gembol mengalir dari berbagai daerah. Para konsumen biasanya datang dari berbagai tempat, baik yang berasal dari masyarakat Sulawesi Tenggara sendiri maupun dari luar daerah. Bahkan, permintaan terhadap hasil kerajinan gembol ada juga yang datang langsung dari masyarakat mancanegara, seperti Jepang, Korea, negara-negara di Timur Tengah, dan beberapa negara di Benua Eropa. Sehingga, hasil karya para pengrajin gembol yang terdapat di Kota Kendari boleh dibilang sudah mampu menembus pasar global.

dan diambil dari akar kayu yang berkualitas tinggi, sehingga menghasilkan karya yang juga berkualitas tinggi. Untuk mendapatkan bahan tersebut, biasanya para pengrajin rela pergi jauh demi mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan Keunikan kerajinan gembol terdapat pada bahan dasarnya. Biasanya bahan-bahan tersebut dipilih untuk dapat menjaga kualitas karyanya.
Sedangkan untuk tekstur bahan dasar kerajinan, para pengrajin memilih bahan yang betul-betul sudah terbentuk secara alami agar karya yang dihasilkan bisa sempurna. Tekstur alami tersebut kemudian disempurnakan dengan cara dipoles dan diberi warna agar menghasilkan karya yang menakjubkan. Dari tekstur yang alami dan sentuhan akhir dari tangan-tangan para pengrajin ini terciptalah sebuah karya seni yang bercita rasa tinggi.

Bentuk aneka ukiran yang dihasilkan oleh para pengrajin pun bervariasi, mulai dari karya yang biasa sampai pada karya yang rumit. Karya-karya tersebut di antaranya berupa aneka hiasan rumah tangga, seperti jam dinding, meja, kursi, asbak, dan aneka ukiran yang dibentuk menyerupai hewan dan kerangka yang mirip manusia. Pusat kerajinan kayu gembol terdapat di Jalan Chairil Anwar Wuawua, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia.

Untuk mencapai lokasi, para wisatawan dapat menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi. Untuk menuju lokasi, perjalanan dapat dimulai dari Badara Walter Monginsidi yang terletak di Kabupaten Konawe Selatan. Dari bandara tersebut dilanjutkan menuju ke Jalan Chairil Anwar Wuawua, Kota Kendari dengan waktu tempuh sekitar 15 menit.

Harga per unit hasil kerajinan kayu gembol bervariasi. Biasanya harga tersebut disesuaikan dengan tingkat kerumitan dan keunikan karya. Jika hasil karya memiliki bentuk yang simpel dan sederhana, biasanya harga per unit berada di bawah kisaran 1 juta rupiah. Tetapi, jika hasil karyanya bagus dan unik, harganya agak mahal dan biasanya berada di atas kisaran 1 juta rupiah sampai puluhan juta rupiah per unitnya. From wisatamelayu.com

Minggu, 01 Mei 2011

Ngkaringkari, The Little Bali On Buton Raya


Kelurahan Ngkaringkari, Kecamatan Bungi, Kota Baubau menyimpan pesona budaya dari etnis pendatang. Masyarakat Bali yang datang ke Kota Baubau melalui program transmigrasi, turut membangun daerah ini serta tetap menjaga kebudayaan mereka. Masyarakat etnis Buton dan Bali hidup rukun di sini. Ngkaringkari sering disebut sebagai "The Little Bali". Ini bisa dikatakan nilai plus bagi para wisatawan yang datang ke Buton Raya sebab, bila Anda ke Bali, anda cuma melihat budaya Bali. Tapi, jika berkunjung ke Baubau dan menyempatkan diri ke Ngkaringkari, Anda bukan hanya bisa melihat budaya Buton Raya tapi juga budaya Bali. Di Ngkaringkari, Anda bisa melihat pemandangan indahnya sawah dan lahan pertanian lainnya yang terlihat sejauh mata memandang. Suasana pedesaan beserta keramahan warganya merupakan hal menarik yang tak boleh Anda lewatkan. Waktu yang tepat untuk mengunjungi daerah ini ialah saat perayaan hari besar agama Hindu.
Mengarak Butha Kale dari ujung kampung ke ujung lainnya adalah salah satu ritual yang dilakukan oleh umat Hindu di Kelurahan Ngkaringkari, Kecamatan Bungi, Kota Baubau menjelang ritual nyepi. Semua umat Hindu di seluruh Indonesia melakukan hal serupa.
Ritual Ogoh-ogoh merupakan acara tahunan. Acara ini menjadi perhatian warga setempat bahkan sangat ramai karena warga dan wisatawan Kota Baubau berdatangan ke Ngkaringkari untuk menyakasikannya.
Butha Kale pada ritual ogoh-ogoh itu tidak hanya sekedar diarak oleh sepuluh pria berpakaian serba putih dan berikat kepala. Tetapi mereka juga melakukan gerakan menari diiringi gendang dan alat musik tradisional. Gerakan itu dilakukan sepanjang jalan dari ujung timur ujung barat lalu kembali lagi ke timur.
Setiap tempat yang dilalui Butha Kale diyakini bisa menghilangkan sial yang oleh masyarakat Kelurahan Ngkaringkari disebut aura negatif alam. Butha Kale adalah perwujudan iblis yang sangat besar (raksasa) berwarna merah, bertaring, memegang kapak, kuku kaki dan tangan tajam, berambut panjang dan ditemani dua ekor monyet.
Sehari sebelum ritual ogoh-ogoh digelar, umat Hindu Ngkaringkari melakukan melasti di Pantai Lamboro. Melasti adalah ritual membuang segala kekotoran alam semesta yang tertanam dalam jiwa manusia. Usai melasti, digelar pirse lalu sawer pesange yang bertujuan untuk memberi persembahan kepada Butha Kale.
Butha Kale bisa diartikan sebagai mahluk yang berada di bawah manusia. Sedangkan persembahan untuk Butha Kale bertujuan untuk menciptakan keseimbangan alam semesta sekaligus bisa dijauhi dari semua ganguan dalam bentuk apapun pada saat ritual nyepi.
Butha Kale pada ogoh-ogoh di Ngkaringkari terbuat dari gabus menyerupai raksasa setinggi kurang lebih 3 meter. Butha Kale diletakkan di atas beberapa bambu-bambu yang diikat menyatu menyerupai salah satu permainan dalam pramuka, lalu diarak sejauh kurang lebih 7 km
Selain Butha Kale ternyata ada dua orang pelengkap memakai topeng yang menyerupai Butha Kale ikut menari-nari. Dua orang ini juga menjadi salah satu pusat perhatian setiap orang yang menonton. Kebanyakan anak-anak takut untuk mendekatinya.
Butha Kale di penghujung ritual harus dibakar. Maksudnya, agar seluruh kesialan yang mengikut bersamanya ikut terbakar.

TARI MANGARU



Tarian ini menggambarkan kobaran semangat ksatria yang lincah dan gesitnya menggunakan parang, keris, tombak dan senjata lainnya di medan perang. Dengan Konsentrasi yang penuh serta ketajaman hati dan pikiran akan mampu mematahkan keampuhan senjata lawan. Tarian ini apabila ditampilkan selalu diawali dengan WORE sebagai pembakar semangat akan kecintaan dan kesetiaan terhadap tanah leluhur. Tari ini biasanya dipertontonkan pada saat musim tanam-tanaman yang syukuran hasil panen. Namun, saat ini lebih sering ditampilkan sebagai tari penyambutan tamu.

Kemilau Kuningan dari Kota Baubau


Di Indonesia, kini tidak banyak lagi ditemukan perajin kuningan. Salah satu daerah yang masih bertahan dengan kerajinan kuningnnya adalah Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara.
Dikenal sebagai Kota Sejarah, pemerintahan kesultanan Buton masa lampau ini menjadi daya tarik wisata di Sultra. Kerajinan kuningan telah ada dan berkembang pada masa kejayaan kesultanan tersebut.
Sentra usaha kerajinan kuningan Kota Bau-Bau terletak di Kecamatan Murhum, Kelurahan Melai. Pengerjaannya masih menggunakan cara tradisional warisan leluhur mereka, dengan mengandalkan kemampuan tangan. Sejak dari proses pemanasan hingga menjadi produk yang siap pakai.
Hasil produksi berupa alat-alat tradisional khas Daerah Buton dan sekitarnya, seperti tala beserta perlengkapan, asbak, perkakas rumah tangga, juga aneka perhiasan seperti anting, dan gelang.
Harga pasaran produk kuningan ini bervariasi, mulai dari harga Rp. 25. 0000, hingga ratusan ribu rupiah. Bergantung besar kecilnya suatu produk.

Kerajinan Arguci Buton Raya


Sepintas, namanya mirip nama-nama merk top dari negeri pizza, Italia. Tapi jangan salah, arguci adalah seni menjahit dari bahan polos yang diisi dan dijahit menggunakan mote-mote dengan meniru bentuk seperti tumbuhan, hewan, biji-bijian maupun benda-benda lainnya sehingga menghasilkan sulaman payet berwarna cerah.
Hasil kerajinan ini biasa digunakan masyarakat local pada latar pelaminan pernikahan, baju pengantin adat, atau juga perlengkapan tata hias kamar pengantin.
Arguci merupakan kerajinan yang menjadi cirri khas daerah Sulawesi, khusunya Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Hasil kerajinan ini tidak dapat dipisahkan dari adat perkawinan etnis Buton yang ada di Kota Bau-Bau dan Kabupaten Buton.

AIR TERJUN TIRTA RIMBA




Orang Bau-Bau menyebut air terjun sebagai air jatuh, sedangkan yang dimaksud air jatuh disini adalah Air Terjun Tirta Rimba. Tidak banyak memang air terjun di kota ini, dan Tirta Rimba merupakan salah satu yang paling populer bagi warga sekitar.

Air Terjun yang merupakan aliran Sungai Kokalukuna ini mempunyai ketinggian hanya sekitar 6 meter dengan lebar aliran sungai sepanjang kurang lebih 5 meter. Air mengalir dari atas melalui batu-batu besar menuju kolam yang telah dibentuk dengan ukuran sekitar 10x7 meter lengkap dengan papan tempat meluncur layaknya kolam renang. Tempat ini menjadi favorit terutama bagi anak-anak dan biasanya dikunjungi pada hari libur, sehingga bila berkunjung pada hari kerja suasana sepi dan damai akan kita dapatkan disana karena hanya terdapat beberapa pengunjung saja.

Air Terjun yang terletak 4 km dari kota Bau-Bau ini menjadi favorit warga sekitar karena selain letaknya yang strategis juga murah meriah. Pengunjung hanya dikenakan tarif sebesar Rp.2.000 dan bahkan pada saat di luar musim liburan pengunjung tidak dikenakan tarif sepeser pun. "Biasanya hanya hari libur saja ada yang jaga dan mengutip (memungut uang retribusi), itu pun tidak tentu kadang dari Dispenda, kadang dari Kehutanan, kadang dari instansi lainnya", tutur salah satu warga yang sering berkunjung ke sana.

Cara terbaik untuk menikmati Air Terjun Tirta Rimba ini adalah dengan berdiri di bawah aliran air dekat batu-batu besar, karena airnya tidak terlalu deras sehingga cukup nyaman untuk berdiri di bawahnya. Air di sini juga sangat jernih karena memang tempat ini merupakan salah satu daerah konservasi yang berada dalam pengawasan Kementerian Kehutanan. Beberapa meter dari air terjun ini telah dibangun saluran khusus yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mirip aliran sungai alami yang berundak-undak dan ketika musim hujan tiba, seluruh aliran tersebut tertutupi air sehingga musim hujan terkadang menjadi waktu terbaik untuk mengunjungi Air Terjun Tirta Rimba.



Pantai Nirwana

Terletak ± 12 Km dari Bau Bau. Dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor. Pantai Nirwana mempunyai pasir putih dan laut yang jernih sehingga bila terkena sinar matahari memantulkan warna hijau kebiru-biruan yang menambah keindahan pantai tsb. Dipantai ini kita dapat menyaksikan matahari terbenam atau sun-set yang menyebabkan tempat ini banyak dikunjungi oleh orang untuk dinikmati dan sangat cocok untuk olah raga air.

Benteng yang merupakan bekas ibukota Kesultanan Buton ini memiliki bentuk arsitek yang cukup unik, terbuat dari batu kapur/gunung. Benteng yang berbentuk lingkaran ini dengan panjang keliling 2.740 meter dan luas ± 23 Ha. Benteng terluas di dunia ini memiliki 12 pintu gerbang yang disebut Lawa dan 16 emplasemen meriam yang mereka sebut Baluara. Karena letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di zamannya.

Dari tepi benteng yang sampai saat ini masih berdiri kokoh anda dapat menikmati pemandangan kota Bau-Bau dan hilir mudik kapal di selat Buton dengan jelas dari ketinggian, suatu pemandangan yang cukup menakjukkan. Selain itu, di dalam kawasan benteng dapat dijumpai berbagai peninggalan sejarah Kesultanan Buton.